Jakarta - Demam open source terus meluas ke pelosok daerah di Tanah Air. Aksi terbaru terjadi di kota Brebes, dimana sebuah Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) TIK di kota tersebut mengadakan seminar dan pelatihan khusus untuk mendalami open source.
Onno W. Purbo yang menjadi pembicara di acara bertajuk 'Lebih Dekat dengan Linux dan Open Source Software – Menuju Kemandirian ICT Sekolah' itu mengatakan, ini mungkin menjadi gerakan bersejarah dalam sebuah Musyawarah Guru Mata Pelajaran TIK karena membuat pelatihan open source tingkat nasional.
Selain itu, meski kurang memperoleh dukungan dana dari Dinas Pendidikan lantaran mata pelajaran TIK memang bukan mata pelajaran Ujian Negara (UN), namun para peserta memiliki semangat luar biasa yang patut ditiru .
Materi pelatihan mulai dari pengenalan open source software, menginstalasi Distro SchoolOnOffLine supaya sekolah bisa memberikan pelajaran internet tanpa internet, memperkenalkan cara membuat Blog, Wiki, e-mail lokal di sekolah hingga aplikasi pendidikan yang dibundel dalam IPTEKNUX.
Beberapa hal yang menarik perhatian para peserta mulai dari TuxPaint, TuxMath untuk anak SD belajar matematika, Kgeography untuk SMP belajar Geography, KANAGRAM untuk belajar bahasa Inggris hingga yang canggih seperti Stellarium atau Kstar untuk mempelajari alam semesta, Scilab untuk membuat virtual laboratorium, Gchemical untuk merancang molekul kimia dan lainnya.
"Semua dapat diperoleh secara cuma-cuma karena menggunakan software open source," tukas Onno, kepada detikINET, Minggu (24/10/2010).
Peserta pelatihan open source di Brebes ini sendiri dihadiri lebih 450 peserta yang berasal dari kalangan guru, mahasiswa, pelajar, dosen, praktisi IT, dan dari kalangan umum. Peserta berasal dari berbagai wilayah Indonesia seperti Surabaya, Jombang, Jakarta, Bandung, Serang, dan kota lain di Indonesia.
Menurut ketua penyelenggara Budi Sigit Purwono, S.Pd.Si. yang juga ketua MGMP TIK Kabupaten Brebes, kegiatan ini bertujuan memperkenalkan Linux dan open source agar lebih dekat terutama dengan para guru TIK. Sebab, mereka memiliki posisi strategis dalam mengenalkan open source kepada siswa/pelajar sehingga mengurangi ketergantungan peserta didik terhadap program berlisensi yang bermuara pada kecenderungan melakukan pembajakan yang melanggar UU Hak Cipta.
"Dengan menggunakan open source, pengguna dapat mengembangkan dan memodifikasi sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pengguna," imbuhnya.
Dengan semakin siapnya para guru dan sekolah di Kabupaten Brebes dengan sistem operasi open source tentu akan memudahkan adopsi Buku Sekolah Elektronik TIK (http://bse.telkomspeedy.com/e-buku) dalam mata pelajaran TIK.
Bahkan bukan mustahil dalam waktu dekat soal ulangan dan ujian TIK di Kabupaten Brebes akan berbasis open source dan tidak lagi mengacu pada software proprietary.
"Semoga hal ini dapat diikuti oleh MGMP TIK di Kabupaten dan Kecamatan lain di Indonesia sehingga dapat melepaskan bangsa Indonesia dari ketergantungan pada software proprietary yang menyedot devisa," pungkas Onno.
sumber : Ardhi Suryadhi - detikinet
0 komentar:
Posting Komentar